Paus berparuh berhenti berburu ketika sonar dibunyikan |
Perilaku
paus biru dan paus berparuh 'terganggu' oleh sonar angkatan laut, demikian
menurut dua studi yang diterbitkan. Dalam
dua percobaan, tim peneliti berhasil menempelkan alat pelacak dan rekaman suara
pada tujuh belas paus biru dan dua paus berparuh.
Peneliti kemudian memainkan suara sonar simulasi melalui speaker bawah air untuk mengukur respon paus tersebut. Para peneliti sebelumnya menduga, fenomena terdampar dan meninggalnya paus berparuh di seluruh dunia tekait dengan latihan militer yang menggunakan sonar berfrekuensi menengah.
Sonar sendiri merupakan alat pendeteksi lokasi benda di bawah permukaan laut yang mengandalkan pantulan gelombang suara. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk bagaimana suara dapat berdampak buruk bagi binatang. Studi terbaru sayangnya tidak menjelaskan bagaimana paus dapat terdampar, rantai peristiwa yang mengarah ke hal tersebut masih belum jelas.
Tapi
ahli mamalia laut Patrick Miller, dari University of St Andrews 'Sea Mamalia
Research Unit (SMRU), yang tidak terlibat dengan studi ini, mengatakan hasil
riset ini menunjukkan bahwa akan lebih bijaksana jika latihan angkatan laut
diadakan dengan 'menghindari daerah habitat kritis'.
Berhenti berburu
Temuan
ini mengungkap mengungkapkan dugaan peneliti, bahwa suara buatan manusia
memiliki efek negatif pada paus di perairan dalam. Paus berparuh menggunakan
suara untuk mendeteksi obyek sekitarnya sehingga memungkinkan mereka berburu
serta untuk berkomunikasi.
Ketika
para ilmuwan memainkan suara sonar selama percobaan, kedua paus berparuh yang
ditandai berhenti berburu dan 'berenang dengan cepat, diam-diam pergi'. Mungkin
yang lebih mengejutkan adalah bahwa, dalam studi lain, yang dipimpin oleh
Jeremy Goldbogen dari Cascadia Research Collective di Washington, beberapa paus
biru ternyata menanggapi suara sonar. Paus biru berkomunikasi dengan suara
frekuensi sangat rendah - jauh di bawah sonar angkatan laut. Dan karena mereka
tidak menggunakan suara untuk berburu, para ilmuwan mengira mereka tidak akan
terpengaruh.
Respon paus bervariasi.
Paus
yang makan dekat dengan permukaan menunjukkan hampir tidak ada respon, tetapi
paus yang menyelam untuk memakan krill bereaksi sangat berbeda. "Salah
satu hewan itu menyelam dan makan berulang-ulang sepanjang hari," kenang
Goldbogen.
"Dan segera setelah suara
dimulai, hewan berhenti makan dan menjauh dari sumber suara.
Hewan-hewan
besar dapat meraup setengah juta kalori senilai krill dalam satu tegukan saat
mereka menyelam, sehingga gangguan makan seperti itu dapat membuat mereka
kehilangan sejumlah besar energi. "Saya menghitung bahwa pada waktu itu,
hewan kehilangan satu ton krill," kata Goldbogen. "Jadi, jika hal ini
terjadi di banyak lokasi di mana paus makan, tentu dapat memiliki konsekuensi
yang nyata." Dan saat ini, latihan angkatan laut banyak dilakukan di
lokasi tempat paus mencari makan.
(http://www.bbc.co.uk)