Senin, 09 Maret 2015

Kehamilan Kosong (Blighted Ovum) dan Kehamilan Semu (Pseudocyesis)

Beredarnya kabar mengenai kasus ibu hamil yang kehilangan kandungannya membuat kita prihatin dan tentu dapat ikut merasakan kesedihan yang diderita oleh pihak yang mengalami, namun kita juga harus tetap mewaspadai dampaknya yang dapat menggoyahkan keimanan serta menumpulkan nalar. 
Berbagai perbincangan yang memuat berbagai kemungkinan yang sifatnya hanya menerka, dapat memicu timbulnya perbedaan pendapat yang dikhawatirkan malah akan menyakiti perasaan pihak-pihak yang mengalami kejadian tersebut, sehingga akan lebih baik apabila kita menggali informasi dari berbagai pihak yang memiliki kompetensi dibidang tersebut.


Menurut salah satu dokter ahli kandungan di Bangka Tengah, dr. H Suandi SpoG,M.Kes, menjelaskan kasus hilangnya janin dalam kandungan yang telah berumur 9 bulan secara medis belum ada. Untuk itu, kasus hilangnya janin dalam kandungan yang dialami Nuraisa, warga Desa Lubuk, merupakan salah satu kasus yang harus ditelusuri kebenarannya.merupakan salah satu kasus yang harus ditelusuri kebenarannya. "Secara medis tidak ada istilah melahirkan secara gaib atau janin hilang dalam kandungan. Namun, ada satu kasus di mana dalam medis istilahnya blighted ovum atau hamil kosong," terangnya kepada wartawan.
Suandi menjelaskan, pada kasus blighted ovum, perut ibu akan membesar layaknya ibu hamil. Membesarnya perut tersebut disebabkan perkembangan awal kehamilan yaitu pembentukan kantong bayi meski di dalamnya tidak ada bayi. Adapun salah satu faktor penyebabnya adalah faktor genetik. "Biasanya hamil kosong ini sering terjadi dan bertahan selama 3-4 bulan. Ibu merasa hamil, namun setelah di-USG ternyata kosong. Kalau hamil ini biasanya keluar sendiri dengan ditandai ada plak atau pendarahan," terangnya, seraya mengatakan hamil kosong biasanya tidak terjadi pada kehamilan pertama.
Untuk itu, Suandi berharap setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak dini dan melakukan pemeriksaan USG, untuk mengentahui apakah ibu tersebut benar-benar hamil atau tidak. "Pastikan dulu ibu hamil memang hamil. Periksa ke dokter. Tanda kehamilan muda, mual muntah pusing, lemah. Kalau di usia tiga bulan ke bawah, mules perut bawah, keluar plak atau pendarahan. Harus bad rest sebab menyebabkan keguguran. Ini harus diwaspadai," pesannya.

Sementara itu, dokter ahli kandungan yang sekarang menjabat sebagai Bupati Kulonprogo, dr. Hasto Wardoyo SPOG(K) menyatakan, hilangnya janin dalam kandungan berusia sembilan bulan yang dialami oleh Susilah secara dunia medis tidak mungkin terjadi. Dalam dunia kedokteran, hilangnya janin dalam kandungan disebut dengan istilah Pseudocyesis atau hamil semu. Kasus Pseudocyesis ini biasanya terjadi pada pasangan yang sangat mengharapkan kehadiran anak dalam keluarga. “Saya tidak yakin kandungan bisa hilang tiba-tiba. Dalam dunia medis tidak ada,” katanya.
Hasto mengungkapkan, kasus Pseudocyesis ini memang bagi orang awam sulit dibedakan dengan hamil yang sebenarnya. Sebab, perempuan yang mengalami Pseudocyesis ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang hamil mulai dari tidak menstruasi, perut membesar hingga tes urin positif hamil. Namun jika dicek menggunakan USG, tidak akan terlihat janin karena memang tidak hamil. “Patokannya untuk memastikan hamil atau tidak di USG. Harus dilihat dari dokumen medisnya, pernah diperiksa dimana, oleh siapa dan paling penting apakah pernah di USG atau tidak,” ujar  dokter  tersebut.

Semoga bermanfaat.


Sumber :